Jakarta - Mengunjungi museum pada siang hari sih sudah biasa. Tapi pernahkah Anda membayangkan datang ke museum pada malam hari? Tentu akan menjadi pengalaman yang unik.
Pengalaman unik ini bisa jadi menyedot minat banyak orang untuk berkunjung. Tentu saja, hal itu merupakan terobosan yang pantas untuk dicoba, mengingat saat ini minat masyarakat untuk mengunjungi museum masih minim. "Dengan membuka museum sampai malam, maka masyarakat bisa lebih fleksibel datang ke museum," kata Ketua Masyarakat Historia Indonesia Asep Kambali dalam diskusi publik di Kedai Tempo, Jl Utan Kayu, Jakarta Timur, Jumat (29/6/2007).
Asep mengatakan, selain membuka museum pada malam hari, ada baiknya jika dibuat program-program khusus yang dapat menarik masyarakat, khususnya kaum muda. "Saya pernah membuat acara wisata malam di Museum Bahari. Ternyata acara itu sangat diminati para eksekutif muda, sehingga saya membatasi peserta hanya 50 orang," imbuh dia.
Kegiatan tersebut diminati lantaran dikemas dengan menarik dan ada unsur anehnya. "Justru yang aneh-aneh semacam itu yang membuat orang jadi ingin tahu. Dengan berkunjung ke museum malam hari, gelap, itu akan cukup menantang bagi kaum muda," terang Asep. Kegiatan semacam itu menurut dia sedang menjadi tren di luar negeri. Jadi, lanjut Asep, tidak ada salahnya jika pengelola museum atau pemda meniru kegiatan-kegiatan tersebut.
Di Jakarta ada sedikitnya 66 museum dan sekitar 100 galeri. Dari 66 museum itu, 8 di antaranya dikelola Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI. Sebuah survei independen tahun 2005 menyebutkan, museum menempati urutan paling bontot sebagai tempat yang diminati warga saat berlibur, khususnya orang-orang muda.
Bahkan selama 15 hari, hanya 18 museum yang mendapat kunjungan, itu pun tidak banyak. Pemerhati museum Nina Akbar Tandjung mengatakan, keadaan museum di Jakarta kesannya tempat yang gelap, membosankan, pengap, dan kurang menarik. Kalau mau menarik lebih banyak pengunjung, maka kesan itu harus diubah.
"Untuk mengubah itu, tidak harus dengan biaya besar, tapi bisa dengan membuat event khusus di hari khusus," cetusnya. Misalnya, pada saat 100 tahun Sisingamaradja, maka benda-benda peninggalannya dipajang di depan museum. "Ada baiknya juga anak-anak sekolah diberi tugas yang informasinya didapat dari museum. Dengan begitu, maka anak-anak mau mengunjungi museum," tukas Nina. (nvt/sss)
(detiknews.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar